LAPORAN MINI RISET
“TRADISI DODOL DAWET
DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT JAWA
DI KAMPUNG SEGARAN,
SEMARANG”
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam
dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu
: M. Rikza Chamami, M.SI
Oleh:
WAHYU
WINDARTI
NIM.
133511038
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
TRADISI DODOL DAWET
DALAM PROSESI
PERNIKAHAN ADAT JAWA
DI KAMPUNG SEGARAN,
SEMARANG
I.
PENDAHULUAN
Di era modern seperti sekarang ini, budaya asing banyak merajai
dunia kesenian maupun fashion di Indonesia. Tidak hanya itu saja, dengan adanya
globalisasi sangat mempengaruhi kebudayaan nasional. Salah satunya adalah
beralihnya masyarakat untuk menggemari budaya asing. Inilah yang menyebabkan
semakin terkikisnya budaya nasional sebagai jati diri masyarakat Indonesia.
Seperti sudah diketahui, bahwa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang
memiliki berbagai kebudayaan masing-masing. Contohnya adalah suku Jawa. Di suku
Jawa masih banyak tradisi-tradisi yang sampai sekarang masih berkembang dan
masih dilakukan, seperti tradisi Dodol Dawed dalam prosesi pernikahan
masyarakat Jawa. Tradisi ini memang tidak semua masyarakat melaksanakan, namun
sebagian besar masyarakat, khususnya di kampung Segaran Semarang masih
melakukan tradisi ini.
Masyarakat di Segaran yang mayoritas beragama Islam, menganggap
bahwa tradisi ini harus tetap dilestarikan, terlepas diluar syariat Islam
maupun agama lain yang berkembang di daerah tersebut. Untuk itu penulis dalam
mini riset ini mengangkat judul Tradisi Dodol Dawed dalam Prosesi
Pernikahan Adat Jawa di kampung Segaran Semarang, dengan harapan dapat menggali
lebih jauh makna sekaligus presepsi masyarakat seputar tradisi tersebut di
kampung Segaran, terlepas dari apa yang mereka yakini.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Field Research atau penelitian
lapangan. Metode Field Research adalah salah satu metode
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara langsung ke lapangan dengan
mempergunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Jadi dengan terjun secara langsung di lapangan kami berharap akan
mendapatkan informasi lebih jauh tentang tradisi Dodol Dawet di kampung
Segaran, tanpa maksud mengubah pandangan budaya dalam konteks keyakinan Islam.
II.
LANDASAN TEORI
Dodol Dawet berasal dari
bahasa Jawa yaitu kata dodol yang berarti berjualan dan dawet
adalah sejenis minuman tradisional dari cendol berbentuk bulat. Lain halnya
dengan es, minuman ini merupakan dessert atau pencuci mulut. Dalam
kuliner Barat, dawet itu hampir sama dengan pudding. Dawet
yang merupakan minuman asli Indonesia, namun dalam falsafah Jawa dawet
menjadi lambang kebersamaan.
Biasanya tradisi Dodol Dawet ini dilaksanakan dalam
rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa. Tradisi Dodol Dawet rupanya
menyimpan makna tertentu. Dawet yang menjadi objek pada prosesi tersebut
terbuat dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambang kebulatan tekat
orang tua untuk menikahkan anak perempuannya.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan kreweng
(pecahan genting) bukan dengan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan
manusia berasal dari bumi. Kemudian dalam prosesi ini yang melayani pembeli
adalah ibu dari calon mempelai perempuan sedangkan yang menerima uang adalah
bapak dari calon mempelai perempuan. Ini mengajarkan kepada anak mereka yang
akan menikah tetang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri kelak harus
saling membantu.
III.
KONDISI LAPANGAN
Tradisi Dodol Dawet sudah lama berkembang di kampung
Segaran, Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Tercatat dari 55
kepala keluarga dan kurang lebih 10 keluarga yang pindah maupun pindahan dari
kampung lain, terhitung sejak tahun 2005 sudah ada 6 keluarga yang melaksanakan
tradisi Dodol Dawet. Tradisi ini selalu dilakukan di kediaman calon
mempelai perempuan yang menggunakan adat Jawa dalam pernikahannya.
IV.
ANALISIS LAPANGAN
Sudah diketahui sebelumnya bahwa tradisi ini tetap dilakukan oleh
sebagian kecil dari pasangan suami istri yang tinggal di kampung Segaran. Namun
yang mengherankan bahwa dari mereka yang melakukan tradisi ini, berdasarkan
wawancara peneliti kepada narasumber, mereka tidak mengetahui makna dari
tradisi Dodol Dawet. Bahkan menurut penuturan Endrayati, beliau menikah
pada 2007 silam, tradisi ini hanya dilakukannya agar memenuhi syarat tradisi
saja sebagai calon pengantin perempuan Jawa dengan adat pernikahan Jawa.
Hal ini berbeda dengan penuturan salah satu sesepuh masyarakat di
kampung Segaran, beliau adalah Suparni. Menurutnya tradisi Dodol Dawet
dalam pernikahannya memiliki makna yang luar biasa, yakni kebulatan tekat orang
tuanya untuk menikahkan beliau dengan ikhlas dan sadar akan kehilangan sosok
beliau dalam rumah tangga bapak-ibunya. Juga sekaligus mendoakan beliau dan
suaminya agar rumah tangganya sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Berkebalikan dengan kondisi tersebut, Widarti (salah satu warga
kampung Segaran) yang telah menikah pada tahun 2012 yang lalu, menurutnya makna
penting pernikahan tidak dilihat dari berbagai tradisi yang dilakukan, namun
dilihat dari sahnya suatu ijab oleh suami dan dapat merintis keluarga
yang bahagia. Dia juga menuturkan tradisi Jawa seharusnya memang harus tetap
dilestarikan agar tidak punah tergerus arus budaya asing. “Dalam prosesi
pernikahan adat Jawa memang tradisi Dodol Dawet perlu dilaksanakan guna
nguri-nguri (melestarikan) budaya lokal. Namun saya sendiri tidak menambahkan
keseluruhan prosesi pernikahan adat Jawa dikarenakan keterbatasan dana untuk
pernikahan.” Imbuh Widarti. (Dalam wawancara, Minggu, 14 Juni 2015)
Tradisi Dodol Dawet selain membutuhkan dana yang tidak
sedikit juga ubarampe (peralatan) yang digunakannya pun tergolong
khusus. Seperti yang diungkapkan salah seorang juru perias pengantin, Any, beliau
telah mempersiapkan peralatan-peralatan seperti uang dari kreweng
(pecahan genting), gentong (kendi besar tempat air), dan peralatan untuk
pelaksanaan Dodol Dawet pada pernikahan Endrayati–Sutrisno, seminggu
sebelum prosesi pelaksanaan pernikahan. Hal ini dilakukannya untuk menghindari
hal-hal yang tertinggal dalam prosesi tersebut. Terlebih untuk penggantian koleksinya
uang kreweng yang pecah, beliau harus membeli lagi di toko khusus
perlengkapan pengantin.
Prosesi Dodol Dawet ini dilaksanakan setelah siraman,
pemotongan rambut calon pengantin perempuan dan pemotongan tumpeng oleh orang
tuanya. Dodol Dawet sendiri dalam prosesi pernikahan bermakna menjual
minuman dawet. Namun tidak hanya itu saja, makna dawet itu
berarti kerelaan orang tua untuk melepaskan anaknya dan kebulatan tekat untuk
menikahkan anaknya sekaligus mendoakan agar anaknya bersama calon suami dapat
bersama-sama saling membantu dalam mencari nafkah yang berlimpah.
V.
KESIMPULAN
Tradisi Dodol Dawet biasa dilaksanakan dalam prosesi
pernikahan adat Jawa di kampung Segaran. Tradisi ini di lakukan setelah prosesi
siraman, pemotongan rambut calon pengantin perempuan dan pemotongan
tumpeng oleh kedua orang tua calon pengantin perempuan. Dodol Dawet
tidak selalu dilaksanakan oleh setiap warga kampung Segaran, namun masih ada
pula yang melaksanakan tradisi tersebut. Dodol Dawet mengandung makna
bahwa adanya kebulatan tekad orang tua untuk menikahkan anaknya sekaligus
mendoakan agar anaknya dapat bersama-sama suaminya kelak saling membantu dalam
mencari nafkah.
VI. PENUTUP
Demikian apa yang dapat disajikan oleh
penulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Tentu
mini riset yang singkat ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan laporan mini riset
ini dan yang selanjutnya. Terimakasih.
VII.LAMPIRAN
A.
Biodata
Penulis
Nama :
Wahyu Windarti
Tempat, Tanggal Lahir :
Semarang, 21 Juni 1995
Alamat :
Jalan Segaran II No.12 RT.003 RW.004 Kel. Tambak Aji, Kec. Ngaliyan, Semarang
Pekerjaan :
Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika UIN Walisongo Semarang
B.
Biodata
Narasumber
Narasumber
1
Nama :
Endrayati
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang,
13 Oktober 1979
Alamat :
Jalan Segaran II RT.003 RW.004 Kel. Tambak Aji, Kec. Ngaliyan, Semarang
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Narasumber
2
Nama :
Suparni
Tempat, Tanggal Lahir :
Semarang, 17 Juli 1964
Alamat :
Jalan Segaran II No.3 RT.003 RW.004 Kel. Tambak Aji, Kec.Ngaliyan, Semarang
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Narasumber
3
Nama :
Widarti
Tempat, Tanggal Lahir :
Semarang, 17 Juli 1991
Alamat :
Jalan Segaran II No.16 RT.003 RW.004 Kel. Tambak Aji, Kec.Ngaliyan, Semarang
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Narasumber 4
Nama :
Bu Any
Tempat, Tanggal Lahir : -
Alamat :
Jalan Honggowongso, Semarang
Pekerjaan :
Perias Pengantin di Salon ANY
C.
Dokumentasi
Foto Kegiatan