PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Agus Khunaifi, M.Ag.
Disusun oleh :
Wahyu Windarti (133511038)
Anilta Rosikhatul Ulum (133511042)
Wahyu
Mufida Isnaini (133511060)
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah modal
utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan pendidikan akan
meninggikan manusia dan merendahkan manusia yang lain, manusia akan dianggap
berharga bila memiliki pendidikan yang berguna bagi sesamanya.
Masa dari pendidikan
sangatlah panjang, banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan itu
berlangsung hanya disekolah saja, tetapi dalam kenyataanya pendidikan
berlangsung seumur hidup melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani dalam
kehidupanya. Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup.
Hal ini menunjukan
bahwa pendidikan berlangsung tanpa batas yaitu mulai sejak lahir sampai kita
meninggal dunia. Selain itu islam juga mengajarkan untuk mempelajari tidak
hanya ayat qouliyah saja, tetapi ayat-ayat kauniyah, atau kejadian-kejadian di
sekitar kita. Maka jelaslah sudah bahwa pendidikan seumur hidup itu sangat
benar adanya didalam kehidupan kita.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Tujuan Pendidikan Seumur Hidup?
2. Apa Konsep Pendidikan Seumur Hidup?
3. Bagaimana Implikasi Pendidikan Seumur Hidup pada Program-program
Pendidikan?
4. Bagaimana Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif?
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup
adalah suatu konsep, suatu idea. Gagasan pokok dalam konsep ini ialah
bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung selama seorang berlajar di
lembaga-lembaga pendidikan formal, bahwa seseorang masih dapat memperoleh
pendidikan kalau ia mau setelah ia selesai menjalani pendidikan formal.
Ditekankan pula dalam konsep ini, bahwa pendidikan, dalam arti kata yang
sebenarnya, adalah sesuatu yang berlangsung terus sepanjang kehidupan
seseorang.[1]
Hidup (life)
mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yaitu (1)
individu, (2) masyarakat, dan (3) lingkungan fisik. Perjalanan manusia seumur
hidup (lifelong) mengandung perkembangan dan perubahan yang mencakup
tiga komponen, yaitu (1) tahap-tahap perkembangan individu (masa balita, masa
kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, dan masa dewasa), (2) peranan-peranan
sosial yang umum dan unik dalam kehidupan, yang berbeda-beda di setiap
lingkungan hidup, dan (3) aspek-aspek perkembangan kepribadian (fisik, mental,
sosial, dan emosional).[2]
Adapun tujuan untuk
pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan
hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia
hidup.[3]
3. Konsep Pendidikan Seumur Hidup
B. Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Konsep pendidikan
seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan
dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat
mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan
oleh Hadis Nabi Muhammad Saw. Yang berbunyi:
اَØ·ْÙ„ُبُ الْعِÙ„ْÙ…َ Ù…ِÙ†َ الْÙ…َÙ‡ْدِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ اللَّØْدِ
“Tuntutlah ilmu dari
buaian sampai meninggal dunia”.
Konsep tersebut menjadi
aktual kembali terutama dengan terbitnya buku AnIntroduction to Lifelong Education,
pada tahun 1970 karya Paul Lengrand, yang dikembangkan lebih lanjut oleh
UNESCO.
Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas
bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak
seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup
bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam
keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.
Untuk Indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur
hidup baru mulai dimasyarakatkan melalui kebijaksanaan Negara (TAP MPR
NO.IV/MPR/1973jo.TAP NO.IV/MPR/1978 tentang GBHN) yang menetapkan
prinsip-prinsip pembangunan nasional.[4]
Adapun konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup ada
4, yaitu:
1. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri.
Sebagai suatu konsep, maka pendidikan seumur hidup
diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan
penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.
2. Konsep belajar seumur hidup.
Dalam pendidikan seumur
hidup berarti pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang didasari
untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang
membantu belajar.
3. Konsep pelajar seumur hidup.
Pelajar seumur hidup
dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar
seumur hidup. Melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi
problema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar diseluruh tingkat usia dan
menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar
baru.
4. Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup.
Kurikulum, dalam
hubungan ini didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul
telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan
belajar seumur hidup.[5]
C.
Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program-program Pendidikan
Implikasai di sini diartikan sebagai akibat langsung
atau konsekuensi dari suatu keputusan. Maksudnya adalah sesuatu yang merupakan
tindak lanjut atau follow up suatu kebijakan atau keputusan tentang
pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Implikaasi pendidikan seumur hidup pada
program pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ananda W.P. Guruge dalam
bukunya Toward Better Educatinal Management, dapat dikelompokan menjadi
bebarapa kategori berikut:
1. Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Baca tulis fungsional memuat dua hal, yaitu:
a. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi
anak didik.
b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih
lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
2. Pendidikan Vokasional.
Pendidikan vokasional
sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah,
atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka apprentice
ship training, merupakan salah satu program penting dalam rangka pendidikan
seumur hidup.
3. Pendidikan Profesional.
Sebagai realisasi
pendidikan seumur hidup, dalam tiap-tiap profesi hendaknya telah tercipta built
in mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti
berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan,
terminologi, dan sikap profesionalnya.Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi
pekerja dan buruh, berlaku pula bagi profesional, bahkan tantangan buat mereka
lebih besar.
4. Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pembangunan.
Diakui bahwa era
globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan iptek
telah memengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dari cara memasak yang
serba menggunakan mekanik dan elektronik, sampai dengan cara menerobos angkasa
luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menuntut pendidikan yang
berlangsung secara continue (life long education).
Pendidikan bagi anggota
masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan
social dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan
seumur hidup.
5. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik.
Di samping tuntutan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dalam kondisi sekarang di
mana pola pikir masyarakat semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa maupun
pemimpin pemerintahan di negara yang demokratis, diperlukan pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara. Pendidikan
seumur hidup yang bersifat continue dalam konteks ini merupakan konsekuensinya.
6. Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Senggang.
Orang-orang terpelajar
diharapkan mampu memahami dan menghargai nilai-nilai agama, sejarah,
kesusastraan, filsafat hidup, seni, dan music bangsanya sendiri. Pengetahuan
tersebut dapat memperkaya hidupnya, terutama segi pengalaman yang
memungkinkannya untuk mengisi waktu senggangnya dengan menyenangkan. Oleh
karena itu, pendidikan cultural dan pengisian waktu senggang secara konstruktif
akan merupakan bagian penting dari life long education.
Sementara itu implikasi
konsep life long education ini pada sasaran pendidikan, juga
diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu:
a. Para buruh dan petani.
b. Golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya.
c. Para pekerja yang berketerampilan.
d. Golongan teknisi dan professional.
e. Para pemimpin dalam masyarakat.
f. Golongan masyarakat yang sudah tua.[6]
D.
Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif.
1.
Tinjauan Ideologis.
Pendidikan seumur hidup
atau long life education akan memungkinkan seseorang mengembangkan
potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya semua manusia
dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk
mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya
(skill).
2.
Tinjauan Ekonomis.
Pendidikan seumur hidup
dalam konteks ini memungkinkan seseorang untuk:
a.
Meningkatkan
produktivitasnya.
b.
Memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya.
c.
Memungkinkan hidup
dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan.
d.
Memiliki motivasi dalam
mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan
keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.
e.
Tinjauan Sosiologis
Pada umumnya di negara-negara sedang berkembang
ditemukan masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya
pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, anak-anak mereka yang
kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah, dan atau tidak bersekolah
sama sekali. Dengan demikian, pendidikan seumur hidup kepada orang tua akan
merupakan solusi dari masalah tersebut.
3. Tinjauan Filosofis
Negara-negara demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya
menyadari pentingnya hak memilih dan memahami fungsi pemerintah, DPR, DPD, dan
sebagainya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada
setiap orang. Hal ini menjadi tugas pendidikan seumur hidup.
4. Tinjauan Teknologis
Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya
dunia dilanda oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai
produk yang dihasilkannya. Semua orang, tidak terkecuali para pendidik,
sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu memperbaharui pengetahuan dan
keterampilannya, seperti apa yang terjadi di negara-negara maju.
5. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan
untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup, dalam istilah yang lebih
luas yaitu development. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup
merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur
hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.[7]
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah system
konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan
manusia. Proses pendidikan seumur hidup berlangsung secara kontinue, dan
tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal, proses belajar seumur
hidup tidak hanya dilakukan seorang yang terpelajar tetapi semua lapisan masyarakat
bisa melaksanakannya.
Penerapan cara berfikir menurut azas pendidikan seumur
hidup itu akan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi sekolah,
dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik bagaimana
caranya belajar, peranan guru terutama adalah sebagai motivator, stimulator dan
penunjuk jalan anak didik dalm hal belajar, sekolah adalah pusat kegiatan
belajar masyarakat sekitar. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pandidikan
seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.
B. Saran
Demikian makalah yang
dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Bukhori, Mochtar, Pendidikan dalam Pembangunan, Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya, 1994.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005.
Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta; Rineka Cipta, 2008.
Mudyahardjo, Redja, Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Salam,Burhanudin, Pengantar Pedagogik, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
[1]Mochtar Bukhori, Pendidikan
dalam Pembangunan (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya,1994), hlm.22
[2]Redja Mudyahardjo, Filsafat
Ilmu Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008), hlm.79
[3]Hasbullah, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005), hlm.65-66
[4]Hasbullah,
hlm.63-64
[6]Hasbullah, hlm.70-74
[7] Hasbullah,hlm.67-70
0 komentar:
Posting Komentar
-Silakan Tinggalkan Komentar Anda-