GURATAN KEHIDUPANKU
Winda dan Sahabat |
Wahyu Windarti
adalah sebuah nama yang tercipta untukku sejak 19 tahun lalu. Tepat di Semarang
pada tanggal 21 Juni 1995 aku terlahir di dunia ini dari pasangan suami istri
yang bernama Kumani dan Pasirah. Nama Wahyu memberikan arti sebuah petunjuk,
sedangkan Windarti berasal dari bahasa jawa Wijaksono Ngudar Pangerten
yang artinya bijaksana dan menyebar pengertian (ilmu). Jika kedua nama tersebut
diartikan secara bersamaan maka dapat mengandung arti petunjuk dalam
kebijaksanaan dan dapat menyebarkan pengertian (ilmu). Menurut ayah, kata Wahyu
Windarti diharapkan mampu menjadi seorang wanita yang selalu diberikan petunjuk
oleh Allah, dapat menjadi seseorang yang bijaksana dan bisa menyebarkan ilmu
pengetahuan.
Ayah - Winda - Ibu |
Aku memiliki
dua saudara kandung. Saudara pertama adalah kakakku laki-laki yang bernama
Sutrisno. Dia bekerja sebagai karyawan di salah satu Instansi pemerintah yaitu
IAIN Walisongo Semarang. Saudara kedua adalah kakakku perempuan yang bernama
Nanik Setiyawati. Dia masih bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMKN) 06 Semarang. Dia mengambil konsentrasi dalam jurusan Tata Busana.
Kakak Laki-laki (Sutrisno) |
Kakak perempuan (Nanik Setiyawati) |
Dua belas bulan
terhitung setelah hari kelahiranku, aku sudah bisa berjalan sendiri tanpa
bantuan lagi dari orang tua. Selain berjalan, aku juga diajarkan makan sendiri
dan mulai mengenal berbagai kosa kata baru dalam berbicara. Bermula dari bahasa
jawa yang diajarkan orang tua, aku mulai bisa berbahasa jawa dengan baik
semenjak 1 tahun setelahnya.
Ketika memasuki
umur ke lima tahun, ibu mencoba mendaftarkanku di salah satu sekolah islam
yakni Raudhatul Athfal (RA) Al-Hidayah. Disana aku menemukan berbagai
pengalaman baru. Dari memiliki banyak teman yang berasal dari kelas A1 dan A2,
jika dihitung keseluruhan mencapai 50 anak termasuk aku, dan aku menemukan
sosok seorang guru, yang sampai kini beliau masih juga mengajar disana. Tidak
seperti teman-temanku yang lainnya, aku hanya menempuh pendidikan di RA
Al-Hidayah 1 tahun saja dan lulus dengan keterampilan yang baik dalam hal
berbicara, berhitung dan menghafal. Hal ini terbukti saat akhirussanah
aku dipercaya untuk menyampaikan pidato perpisahan didepan orang tua siswa dan
tamu undangan pada saat itu. Selain itu aku juga sering ditunjuk untuk
mengikuti lomba pidato diberbagai tempat.
Selepas aku
lulus dari pendidikan di RA, Aku melanjutkan pendidikan di sekolah dasar.
Dengan berbagai pertimbangan dari orang tua, akhirnya aku bersekolah di Sekolah
Dasar (SD) Purwoyoso 01 Semarang. Ayahku yang sewaktu masih bekerja di DPU
Pemerintah Kota Semarang dengan penghasilan yang cukup sedikit dan memiliki
beban tanggungan biaya sekolah kakakku di SMKN 06 juga biaya masuk sekolahku
yang cukup mahal, jelas tidak akan mungkin dalam waktu bersamaan ayah dapat
menanggung semuanya. Namun Allah mentakdirkan hal lain. Kakakku memperoleh
beasiswa dari sekolahnya, sehingga dapat memenuhi biaya kegiatan praktikumnya.
Sedangkan aku pun juga masih dapat bersekolah.
Selama berada
di bangku SD, aku selalu rutin mengikuti kegiatan TPQ (Taman Pendidikan
Al-Qur’an) yang diadakan oleh sekolah. Alangkah bangganya aku, ketika hafalan
surah An Nasr satu-satunya anak yang dapat menghafal dengan benar adalah aku.
Pada saat itu juga guru TPQ memberikan sebuah hadiah untukku. Menginjak umurku
yang kesembilan tahun aku dikaruniai suatu kelebihan dibanding teman-temanku
yang lainnya. Aku sudah bisa menghafal surat Al Qur’an sampai dengan Adh Dhuha.
Perjalanan pendidikanku tidak berhenti disini saja, selama menempuh pendidikan
di SD, setiap semester aku mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu
peringkat lima besar di kelas dan pastinya selalu mendapatkan beasiswa
pendidikan yang kemudian dipergunakan untuk membayar pembelian buku paket SD.
Enam tahun
berlalu, aku pun dinyatakan lulus dengan nilai yang baik. Detik-detik menjelang
Pengumuman penerimaan peserta didik Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di
kota Semarang adalah hal yang sangat mendebarkan bagiku. Bagaimana tidak, hal
inilah yang menjadi masalah dalam keluargaku. Lagi-lagi biaya masuk sekolah
yang menjadi penghalangnya. Akan tetapi takdir berkata lain. Setelah aku
dinyatakan resmi diterima di SMPN 18 Semarang, aku mendapat beasiswa bebas
biaya uang masuk. Seiring berjalannya waktu, beasiswa itu sangat membantuku.
Selain mendapat beasiswa uang masuk, aku juga mendapatkan keringanan biaya
sekolah perbulannya berkat prestasi yang telah aku raih. Selama tiga tahun aku
menyelesaikan study di SMP dengan peringkat 1 paralel dikelas, aku pun
juga mendapatkan NEM (Nilai Ebtanas Murni) sebesar 34,35. NEM tersebut akhirnya
membawaku menuju pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 08 Semarang.
Waktu bergulir
semakin cepat saja. Pendidikan di SMAN 08 semakin membawaku dalam suatu
kemiskinan hidup. Didalam situasi ekonomi keluargaku yang semakin melemah,
ditambah kedua orang tuaku yang tidak bekerja, aku terpaksa mencari uang saku
tambahan dengan berjualan arem-arem (nasi isi sambal goreng tahu yang
dikepal dalam balutan daun pisang) di lingkungan sekolah. Usahaku berjalan
sempurna dan perlahan dapat memberikan sedikit kontribusi keuanganku. Tahun kedua
bersekolah di SMA, aku mulai aktif di Organisasi Rohani Islam. Sudah bukan
barang langka lagi aku terjun dalam dunia Organisasi. Sebelumnya di SMP aku
sudah ikut bergabung dalam Organiasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai
Sekretaris pertama. Dan untuk yang kedua kalinya juga bergabung di OSIS SMAN 08
sebagai Sie Bahasa Inggris. Melalui organisasi inilah yang kemudian memberikan
pencerahan kepadaku bahwa Islam itu indah. Semenjak bergabung dengan Rohani
Islam, aku mulai menata diri dengan berhijab dan merubah sikap-sikap yang
selama ini tidak sesuai dengan kepribadian Islam.
Lulus dari
bangku SMA, aku menjadi semakin bingung untuk melakukan apa. Harus bekerjakah
atau melanjutkan kuliah seperti teman-temanku yang lainnya. Kakakku laki-laki
ternyata memiliki pertimbangan lain, dia sanggup membiayai kuliahku tetapi
dengan syarat kuliah di IAIN Walisongo Semarang mengambil konsentrasi
Pendidikan Matematika. Akhirnya aku menyetujui keinginannya dengan pertimbangan
“mumpung masih ada kesempatan, kapan lagi bisa seperti ini?” Semester
awal aku belajar di kampus sekaligus bekerja part time di sebuah warung
makanan dekat dengan kampusku. Aku melakukan semua ini untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hariku yang semakin membengkak. Walaupun biaya kuliah ditanggung oleh
kakak, namun untuk urusan lain-lain aku tidak diberikan tunjangan berapapun.
Jadi mau tidak mau aku harus bekerja keras untuk mendapatkan uang saku.
Pada semester kedua
aku terpaksa melepas pekerjaanku karena ada tuntutan dari kakak yaitu membuka
Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) secara mandiri sekaligus mengajar juga disana.
Dan pada akhirnya melalui lembaga tersebut aku bisa mendapatkan sebuah laptop
hasil kerja kerasku dalam mengajar.
Menempuh
semester ketiga ini, aku sudah memiliki suatu cita-cita dimana harus aku
wujudkan sedini mungkin. Menjadi seorang guru matematika sekaligus guru
motivator dalam kehidupan. Alasan yang melatarbelakangi aku memilih profesi
tersebut adalah guru merupakan seseorang yang pandai dalam segala hal. Namun
tidak hanya itu saja, guru juga dapat menebar ilmu kepada orang lain sekaligus
dapat memberikan inspirasi agar orang-orang disekitarnya tidak lantas menyerah
pada hidupnya, akan tetapi bisa terus bertahan dalam kondisi sesulit apapun.
Untuk menjadi
seorang guru atau teladan bagi orang lain membutuhkan hal-hal yang tidak mudah.
Aku harus menjadikan diriku sukses dahulu baru bisa memberikan inspirasi bagi
orang lain. Dengan demikian, aku berniat untuk benar-benar fokus pada kuliahku
dan kemudian menjadikan lulusan Sarjanaku dapat bermanfaat bagi masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar
-Silakan Tinggalkan Komentar Anda-